PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, manusia diberi akal dan pikiran.
Walaupun manusia adalah makhluk sempurna, setiap manusia pasti tidak dapat
hidup sendiri. Manusia harus menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial.
Manusia membutuhkan orang lain untuk saling berbagi, saling membantu dan saling
memperhatikan demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Desakan kebutuhan membuat
manusia berkumpul membentuk suatu kelompok yang disebut “masyarakat”. Jika
dalam sebuah masyarakat terdapat beberapa hal yang membedakan antara sebuah
kelompok dengan kelompok lain sering kali akan membentuk suatu kelompk
masyarakat yang dianggap kedudukannya lebih tinggi jika dibanding dengan
kelompok masyarat yang lainnya.
Ilmu
sosial menunjukan pada obyeknya yaitu masyarakat. Fenomena sosial yang disebut
dengan istilah mobilitas kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang
semakin menarik, bukan hanya bagi kalangan sarjana ilmu sosial tetapi juga bagi
instansi pemerintah. Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih
tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tua seseorang, merupakan
impian setiap orang. Keinginan-keinginan itu adalah normal, karena pada
dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak
ada masyarakat modern sering kita
jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk pencapaian status sosial yang lebih
tinggi maupun pencapaian penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan
pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya
kesejahterahan hidup. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi
pada masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan
tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan yang dapat menurunkan
status dan penghasilan seseorang.
Banyak sekali masyarakat yang dalam
kehidupan nya mengalami mobilitas sosial, namun tidak sedikit pula dari mereka
juga tidak mengetahui dan menyadari bagaimana dan mengapa kita bisa terjun
dalam sebuah mobilitas sosial. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas dan
menjabarkan tentang mobilitas sosial yang terjadi di masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
- Apakah pengertian mobilitas sosial?
- Apa sajakah bentuk-bentuk dari mobilitas sosial?
- Apa sajakah faktor pendorang dan penghambat mobilitas sosial?
- Apa sajakah saluran-saluran mobilitas sosial?
- Bagaimana dampak dari adanya mobilitas sosial?
C. Batasan
Masalah
- Pengertian mobilitas sosial.
- Bentuk-bentuk dari mobilitas sosial.
- Faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial.
- Saluran-saluran mobilitas sosial.
- Dampak dari adanya mobilitas sosial.
D. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian mobilitas sosial.
- Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari mobilitas sosial.
- Untuk mengetahui faktor pendorang dan penghambat mobilitas sosial.
- Untuk mengetahui saluran-saluran mobilitas sosial.
- Untuk mengetahui dampak dari adanya mobilitas sosial.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mobilitas Sosial
Gerak
sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin
mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Pengertian Menurut Beberapa Ahli :
1. Paul B. Horton, mobilitas sosial
adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
2. Kimball Young dan Raymond W. Mack,
mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
Jadi, mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan
gemilang.
B. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat
dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas
sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas sosial vertikal
dapat dibedakan lagi menjadi social sinking
dan social climbing. Sedangkan
mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah
(geografis) dan mobilitas antargenerasi.
1.
Mobilitas
Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau
sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai
dua bentuk yang utama :
a.
Mobilitas vertikal ke atas (Social Climbing)
Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan
status atau kedudukan seseorang.
Sosial Climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
1)
Naiknya
orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana
status itu telah tersedia. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu
SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
2)
Terbentuknya
suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua
dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
Adapun penyebab social climbing adalah sebagai berikut :
1)
Melakukan
peningkatan prestasi kerja.
2)
Menggantikan
kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi.
b. Mobilitas
vertikal ke bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang.
Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang
karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
Sosial Sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
1)
Turunnya
kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat
karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
2)
Tidak
dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus
terdegradasi ke seri B.
Penyebab social sinking adalah sebagai berikut.:
1)
Berhalangan
tetap atau sementara.
2)
Memasuki
masa pensiun.
3)
Berbuat
kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari
jabatannya.
c. Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah
perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial
yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu
atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial
lainnya yang sederajat. Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh:
Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya
dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir
disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan
Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal
dibedakan dua bentuk :
1)
Mobilitas
sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan individu
atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi,
dan migrasi.
2) Mobilitas
antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu,
dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi
ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu
mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi:
a) Mobilitas intragenerasi adalah
mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi
yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena
ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki
unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki
dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan
Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun,
Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya
dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi
tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga
dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
b) Mobilitas
Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara
beberapa generasi. Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1)
Mobilitas
intergenerasi naik;
2) Mobilitas
intergenerasi turun; Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat
dan anaknya sebagai kepala desa (intergenerasi turun).
C. Faktor-faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
1. Faktor
Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
a.Struktur
Pekerjaan. Di setiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah
yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
b.Perbedaan
Fertilitas. Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang
berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis
pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah
c. Ekonomi Ganda. Suatu negara mungkin
saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di
negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah
pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
2.
Faktor Individu
Faktor
individu adalah kualitas seseorang , baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
a. Perbedaan
Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang
cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
b. Orientasi Sikap terhadap mobilitas
Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek
mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan
kesenangan, dan memperbaiki diri.
c. Faktor
kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya,
tetapi kadang kala mengalami kegagalan.
3. Status
Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
4. Keadaan
Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
5. Situasi
Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
6. Kependudukan
(Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
7. Keinginan
Melihat Daerah Lain
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
8. Perubahan
kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
9. Ekspansi
teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
10. Komunikasi
yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas
sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan
memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
11. Pembagian
kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
12. Kemudahan
dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Faktor
Penghambat Mobilitas Sosial:
Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
- Kemiskinan. Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
- Diskriminasi kelas. Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
- Perbedaan Ras dan Agama. Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
- Perbedaan jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
- Faktor Pengaruh sosialisasi yang sangat kuat. Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
- Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antar individu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
D. Saluran-Saluran
Mobilitas Sosial
- Angkatan Bersenjata. Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasa ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
- Pendidikan. Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
- Organisasi Politik. Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif.
- Lembaga keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat.
- Organisasi ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
- Organisasi profesi. Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara lain ikatan.
- Perkawinan. Melalui perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya: seseorang wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial nya sang wanita.
- Organisasi keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi.
E. Dampak
Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya:
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya:
- Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
- Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
- Keterangan hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi
masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai
berikut:
1.
Dampak
Positif :
a.
Mendorong
seseorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke
strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk
maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
b.
Mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial
akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih
baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris
ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung
oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan
peningkatan dalam bidang pendidikan.
c.
Meningkatkan
intergrasi sosial terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat
meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya
hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan
status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial.
2.
Dampak
Negatif
- Timbulnya Konflik, Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. :
1) Konflik
Antarkelas
Dalam masyarakat terdapat
lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila
terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya
konflik antar kelas.
2) Konflik
Antarkelompok sosial
Konflik yang menyangkut antara
kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa:
a) Konflik antara kelompok sosial yang
masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern
b) Proses suatu kelompok sosial
tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang
3) Konflik
Antargenerasi
Konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang
lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin
mengadakan perubahan.
- Berkurangnya Solidaritas Kelompok. Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya
- Timbulnya Gangguan Psikologis. Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut. :
1) Menimbulkan ketakutan dan
kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
2) Adanya gangguan psikologis bila seseorang
turun dari jabatannya.
3) Mengalami frustasi atau putus asa
dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat
mencapainya.
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi.
Jakarta: Erlangga
Saptono,
Bambang. 2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta
Soekanto,
Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Pers
Subakti, A. Ramlan dkk. 2011. Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sutomo
dkk. 2009. Sosiologi. Malang: Graha Indotama
by Asrtara